Ruang
kecil ini hanya dipakai jika dilakukan eksekusi di halaman depan balai
kota. Kamar kecil ini fungsinya seperti tempat para hakim di Balai Kota Amsterdam. Menurut tradisi, hukuman harus dilakukan di bawah langit yang biru dan dapat dilihat oleh umum.
Di
dalam gedung itu ada tangga melingkar kecil di salah satu sudut ruangan
menuju ke loteng. Tangga ini berasal dari balai kota yang lama. Sewaktu
gedung diperbaiki, tangga ini terpaksa dipasang di sudut di mana cocok
untuk menuju loteng.
Loteng
gedung digunakan sebagai gudang untuk arsip-arsip, Genteng asli dari
abad ke 18 telah diganti dengan yang baru di tahun-tahun berikutnya.
Dari loteng terdapat sebuah tangga yang curam yang menuju ke menara
berbentuk oktagonal. Di situ dipasang lonceng yang akan dibunyikan jika
eksekusi akan dilakukan.
Tahun 1741 lonceng lama yang telah retak diganti dengan yang masih ada sekarang ini. Di atas lonceng terlihat tulisan Soli Deo Gloria - Johannes Reynhard Lempke Baas Koper -
Schlager - Anno Batavia 1742. Lempke adalah pandai besi dari
perkampungan tukang, ia ahli tembaga. Demikian dikisahkan Hans Bonke dan
Anne Handojo dalam Dari Stadhuis Sampai Museum.
Lempke
berkarya sejak 1731-1751. Sewaktu pemerintahan Inggris (1811-1815)
dipasang jam mekanik sehingga orang di luar dapat melihat jam. Jam ini
dibuat oleh Aynswith Thurutus Clerkenwell London 1788 Clockmaker to the
Honble East India Company.
Jam
yang dipasang pada dinding luar menara dihilangkan sewaktu restorasi
tahun 1972. Jam mekanik, masih ada di dalam menara. Perjalanan di gedung
balai kota tidak lengkap tanpa mampir di lima sel tahanan yang terletak
di sisi halaman belakang balai kota.
Ruangan
ini gelap dan ditutup dengan pintu kuat. Cahaya dan peredaran udara
hanya melalui sebuah jendela berteralis tebal. Di sisi tembok terdapat
lingkaran besi untuk merantai para tahanan.
Sementara
itu dekorasi Balai Kota Batavia disebut Bonke dan Handojo sebagai
tampak kosong dan tidak terlihat unsur-unsur dekoratif. Kedua cekung
yang berada di sebelah kanan kiri pintu masuk yang direncanakan untuk
patung, dari dulu sampai sekarang kosong.
De
Haan, pegawai arsip lama, menyebutkan, gedung Balai Kota Batavia hanya
menarik bagian luarnya sedangkan bagian dalam hanya memperlihatlan
tembok-tembok putih polos, bagaikan orang yang sekonyong-konyong kaya.
Padahal warga Batavia yang melihat gedung balai kota di abad 18 memuji
keserasian interior balai kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar